PPID Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Menyiapkan Benih Kedelai, Guna Mendukung Program Produksi Kedelai Nasional




 Saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Istana Negara, secara  virtual beberapa waktu yang lalu, Presiden menyebut kenaikan harga kedelai adalah persoalan yang terus berulang setiap tahun. Karena itu, satu-satunya cara yang bisa dilakukan ialah dengan mengembangkan kawasan khusus produksi supaya bisa swasembada kedelai. “Kita harus bangun di lahan yang sangat luas. Jangan hanya 10 hektare atau 100 hektare, tapi 500 ribu, 1 juta hektar. Cari,” tegasnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan kedelai di tanah air mencapai 2,8 juta ton per tahun. Adapun produksi dalam negeri hanya mampu berkisar 300 ribu-400 ribu ton per tahun. Artinya, ada 2,5 juta ton yang harus didatangkan dari luar negeri. Jokowi mengatakan kedelai sebenarnya bisa tumbuh dengan baik di Indonesia. Namun masalahnya, tidak banyak petani yang mau menanam. Hal itu terjadi karena proses penanaman dilakukan dengan skala kecil sehingga tidak memiliki nilai ekonomi yang besar. “Karena skalanya kecil, harga pokok produksinya jadi tinggi dan harga jualnya ikut tinggi. Akhirnya tidak bisa bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah,”

Di kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut harga kedelai yang mencapai US$13 per bushel (gantang) di pasar global menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. “Sekarang ini harga kedelai itu US$13 per bushel, per rumpunnya. Ini adalah harga tertinggi dalam enam tahun terakhir,” kata Lutfi dalam konferensi pers secara virtual, kemarin. Bushel adalah unit pengukuran yang berlaku di AS yang digunakan untuk menakar volume kering suatu komoditas perdagangan, khususnya komoditas pertanian seperti kedelai. Ukuran 1 bushel sama dengan 27,2 kilogram. Lutfi menyampaikan, tingginya permintaan kedelai di pasar global, serta produksi yang menurun, menjadi penyebab utama melambungnya harga kedelai. Saat ini, harga kedelai yang dibeli perajin tahu-tempe dari para importir melonjak. Berdasarkan data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), harga kedelai melonjak hingga Rp 9.300-9.800 per kg, dari kisaran harga normal Rp 6.000-Rp7.000 per kg. Lutfi menjelaskan, di Argentina, salah satu negara produsen kedelai, selain ada gangguan cuaca basah La Nina, juga terjadi aksi mogok pekerja di sektor distribusi dan pengapalan. Selain itu, Tiongkok yang menjadi negara importir terbesar kedelai meningkatkan jumlah permintaannya, dari 15 juta ton menjadi 28 juta ton, untuk pakan ternak babi. Hal itu ikut melambungkan harga secara global. Meski demikian, Kemendag memastikan stok kedelai di Indonesia tercukupi dalam tiga sampai empat bulan ke depan. Hanya saja bisa terjadi kenaikan harga.

Dalam hal mendukung program pengembangan kedelai nasional, harus disiapkan  ketersediaan benih yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kedelai, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Pada dasarnya, memproduksi benih kedelai tidaklah sulit, secara umum relatif sama dengan memproduksi kedelai untuk konsumsi, hanya perbedaannya untuk produksi benih ada proses rouging, pengujian laboratorium, dan pelabelan.  

Permasalahan utama yang dijumpai pada pengelolaan benih kedelai adalah bahwa sesuai dengan sifatnya, benih kedelai bersifat higroskopis dan kulitnya yang tipis, sehingga benih sangat peka sekali terhadap pengaruh kelembaban lingkungan. Dengan kondisi seperti itu, benih tersebut mudah menurun mutunya apabila tidak ditangani dengan baik. Walaupun dalam regulasi diatur bahwa benih kedelai masa edarnya berlaku selama 6 bulan dan bisa diuji ulang dengan berlaku masa edarnya separaruh dari masa edar awal, tetapi dikawatirkan masa edarnya masih berlaku tetapi mutunya sudah menurun tidak sesuai standar.

Proses penyimpanan maupun pengepakan benih sangat mempengaruhi tingkat mutu benih. Sampai saat ini belum ditemukan tempat pengepakan benih yang efektif dan efisien, sehingga mampu mempertahankan mutu benih dengan baik, serta mudah diperoleh dalam jumlah yang cukup. 

Kondisi yang idial, bahwa kebutuhan benih kedelai seyognya disediakan di wilayah setempat atau di sekitarnya, sehingga selain memudahkan dalam memobilasasi, juga mutu benihnya dapat terjaga dengan baik, dan pengaruh lainnya adalah harga benih nya relatif lebih murah dibandingkan didatangkan di luar daerah tersebut apalagi antar pulau.  

Dengan kondisi tersebut, pengawasan benih kedelai harus dilakukan dengan sebaik mungkin, apalagi terkait dengan benih yang didatangkan dari luar daerah atau luar pulau, harus dipastikan mutunya masih baik sesaui dengan standar yang dipersyaratkan. mengingat para produsen benih enggan untuk memproduksi benih karena hasilnya kurang menguntungkan.

Oleh : Eli Kuncoro, PBT Ahli Madya