Pemberdayaan Varietas Padi Lokal Dalam Mendukung Produksi Pangan
beras setiap tahun yang semakin meningkat sulit diimbangi dengan produksi dalam negeri karena seringkali menemui beragam kendala. Akibatnya kebijakan beras tidak bisa dihindari demi tercukupinya kebutuhan pangan nasional. Program peningkatan produksi yang dilakukan pemerintah melalui program Upaya Khusus (Upsus) yang bertujuan mencapai kedaulatan pangan nyatanya tidak mampu membendung beras. Hal ini berbanding terbalik apabila kita melihat produksi padi yang terus meningkat. Misalnya tahun 2015, pemerintah mencatat peningkatan produksi padi menjadi sebesar 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG) dari tahun sebelumnya yang hanya 70,8 juta ton GKG. Apabila dikonversi, produksi tersebut setara dengan 41 juta ton impor
Varietas lokal daerah dapat dilakukan sertifikasi tanpa harus dilepas terlebih dahulu seperti benih bina, hanya perlu dilakukan pendaftaran terlebih dahulu pada Pusat Perlidungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP). Untuk membedakan sertifikasi benih baku, sertifikasi benih melalui pemurnian dan sertifikasi benih lokal antara lain dapat dilihat pada informasi yang tertera dilabel dan jenis kelas benih, seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan sertifikasi benih baku, sertifikasi benih melalui pemurnian dan sertifikasi benih lokal pada informasi yang tertera dilabel dan jenis kelas benih.
Sertifikasi benih baku |
Sertifikasi benih lokal |
|||
· Nomor seri label diakhiri dengan tambahan huruf “PM”
· Harus mencantumkan kalimat “BENIH BINA BERSERTIFIKAT”
| 2. | Kelas benih | · Benih Penjenis (BS)
· Benih Pokok (BP, BP1 dan BP2)
· Benih Dasar (BD) · Benih Sebar (BR, BR1, BR2, BR3 dan BR4). |
Benih Sebar (BR). |
Varietas lokal banyak sekali ditemukan di daerah-daerah pada Provinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dll, yang masyarakatnya menggemari cita rasa tertentu terhadap tekstur nasi seperti pera, pulen, ketan dan sebagainya. Varietas lokal berdasarkan hasil pengamatan di lapang rata-rata memiliki umur lebih panjang dibandingkan varietas hasil pemuliaan, dan memiliki ketahanan terhadap hama penyakit utama pada padi seperti wereng batang cokelat dan blas.
Tabel 2. Varietas padi lokal yang dilepas pada Tahun 2016 – 2018.
Asal |
1.
|
Padi local Ponelo
|
Populasi padi sawah lokal dataran tinggi Ampek Angkek diseleksi di Nagari Balai, Kab. Agam, Sumbar.
|
Potensi hasil tinggi, tekstur nasi pulen, tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, dan baik ditanam pada lahan kering dengan ketinggian sedang sampai menengah.
|
|
5. | Padi sawah Tarabas | Seleksi varietas lokal Tarabas | Potensi hasil tinggi, tahan penyakit blas, tekstur nasi sangat pulen, dan baik ditanam pada sawah irigasi dataran rendah sampai menengah. | ||
7. | Padi sawah Gadang Rumpun Kumbayau | Populasi padi sawah Desa Kumbayau, Kec. Talawi Kota Sawahlunto, Prov. Sumbar | Potensi hasil dan nilai ekonomi tinggi, rendemen tahan terhadap blas ras 073 dan ras 133, rebah, dan baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah. |
1 3
5 Gambar : 1. Pertanaman, 2.Beras Padi Varietas Lokal Bujang Marantau, 3. Malai, 4.Pertanaman, 5.Beras padi varietas lokal TarabasPenyusun: Herni Susilowati (PBT. Ahli Madya) Balai Besar PPBM-TPH